Ada Cerita di Setiap Lekuknya



Resume Kuliah Online Ke - 16
Kelas Menulis Bersama Om Jay
Narasumber : Bapak Edi S. Mulyanta
 


Salam Literasi! 
Salam Hangat Para Guru Hebat
di Seluruh  Indonesia! 

Ini adalah pertemuan ke-16 Kelas Menulis Bersama Om Jay. Kali ini Om Jay sendiri yang menjadi moderator perkuliahan online. Om Jay kembali menyapa para peserta dan mulai memberikan sedikit penjelasan bahwa pada pertemuan ini kami semua akan kembali kuliah online melalui wa group dengan narasumber Bapak ⁨Edi S. Mulyanta⁩.

Beliau akan mengajak kita menelusuri tiap lekuk dunia penerbitan. Mulai dari lekukan jalan utama hingga ke jalan setapak berikutnya. Beliau akan menceritakan secara mendetail dan sangat sayang untuk dilewatkan. Ilmu yang begitu bermanfaat.

Seperti apa saja cerita dan ilmu yang beliau share kepada kita? Siapkan alas kaki hang kuat agar dapat mengikuti setiap lamgkah yang ada. Simak selengkapnya!

Saat ini dunia penerbitan tengah menghadapi sesuatu permasalahan yang hampir sama dengan bapak ibu sekalian, akibat dari pandemi yang belum ada kepastian kapan berakhirnya.

Beliau memohon maaf karena akan buka dapur-dapur semua yang berkaitan dengan penerbitan dari hulu hingga hilir, semoga dapat memberikan sedikit gambaran yang terjadi saat ini.

Diawali dengan dunia penerbitan itu sendiri, dimana dunia penerbitan adalah dunia bisnis semata, yang tentunya diikuti dengan idealisme di dalamnya. Dalam dunia bisnis, nomor satu yang dicari adalah keuntungan atau dapat dikatakan berujung pada Duit atau UUD (ujung-ujung nya Duit) dalam hal ini penjualan buku untuk bisnis penerbitan.

Outlet utama bisnis penerbitan buku adalah toko buku, yang menjadi soko guru dari bisnis ini, sehingga ketergantungan ini sudah menjadi suatu ekosistem yang khas.
Pandemi ini betul-betul meluluh lantakkan semua bisnis, walaupun tidak semuanya terdampak, akan tetapi dunia penerbitan menjadi salah satu terdampak yang cukup signifikan.

Pada bulan Januari 20 - Februari 20, omzet Toko buku masih sangat normal, dan tidak ada tanda-tanda terjadinya pusaran badai yang tidak terduga. Setelah pak Jokowi mengumumkan masuknya Corona di Indonesia, benih badai besar ini benar-benar telah tersemai, dan membesar dengan deret multiplikasi yang luar biasa. Menjadikan semua lini kegiatan mendadak terhenti. Laju bisnis yang tadinya masuk di gigi 5, mendadak harus mengerem dan mengganti gigi ke gigi paling rendah yaitu 1. Dan terkadang harus memarkirkan bisnisnya sementara waktu, sambil melihat keadaan.

Dengan berlakunya PSBB di beberapa daerah, dengan otomatis Toko buku andalan penerbit yaitu Gramedia, memarkirkan bisnisnya di sisi pit stop, artinya terhenti sama sekali. Dari omzet normal dan terhenti di pit stop menjadikan omzet terjun bebas hanya berkisar 80-90% penurunannya.


Jalan semakin sulit ya!

Outlet yang tertutup, menjadikan beberapa penerbit ikut terimbas, sehingga mereposisi bisnisnya kembali. Hal ini berdampak secara langsung ke produksi buku, hingga ke sisi penulis buku yang telah memasukkan naskah ke penerbit menanti bersemi di Toko Buku.

Setelah 3 bulan parkir di Pitstop, tampaknya secercah harapan muncul di tengah badai yang tidak menentu, setelah beberapa daerah telah memetakan pandemi dengan baik, dan mencoba berani untuk bergerak.

Rebound yang terjadi ini menuntut penerbit untuk dengan cepat memutuskan apakah melaju kembali ataukan menunggu terlebih dahulu keadaan menjadi lebih pasti. Di bulan Juni-Juli, saat ini dapat dikatakan Gramedia sebagai outlet toko buku telah mulai membuka gerainya hingga mencapi angka di 80% di seluruh Indonesia, berakibat bergeraknya kembali semangat penerbit-penerbit untuk memulai New Normal.


Tetap semangat! 
Melaju, tentunya butuh dana, sementara roda cash flow hampir terhenti 2 bulan hingga 3 bulan, sehingga gambling keadaan pun terjadi. Banyak penerbit yang telah kehabisan nafas, sehingga tetap memutuskan untuk memarkirkan bisnisnya sambil menunggu keadaan.

Sementara, penerbit jika tidak mengambil kesempatan untuk mengisi pasar, tentunya akan semakin terpuruk. Penerbit dapat memetakan buku-buku apa yang masih dapat dikembangkan saat keadaan chaos seperti ini.

Pengalaman kami, identifikasi tema buku menjadi sangat penting saat keadaan chaos seperti ini. Kami beruntung tema-tema yang upto date mengenai virus corona, telah kami tebar ke penulis-penulis kami sebelumnya, sehingga dengan cepat kami mendapatkan bahan-bahan buku-buku yang berkaitan dengan virus dengan cepat.

Kesiapan penulis, dalam menuliskan materi dalam sebuah buku menjadikan tantangan tersendiri, mengingat bahan-bahan sumber rujukan masih belum tersedia dengan mudah.

Kami mempunyai database penulis yang cukup baik, sehingga dengan cepat kita mengidentifikasi siapa penulis yang berkompeten di bidang ini, Dan dengan cepat kita meramu materi, kemudian kita launch, dan beruntung mendapatkan sambutan yang baik. Keputusan-keputusan strategik diperlukan, mengingat ketidak pastian yang sangat besar untuk memproduksi buku. Kami memarkirkan mesin-mesin kami hampir 50%, untuk mengurangi beban biaya produksi, otomatis tenaga kerja yang menggerakkannya kami kurangi jam kerjanya walaupun tidak begitu drastis.

Buku-buku pendidikan, juga kita tetap pertahankan produksinya, karena kami yakin buku ini tidak lekang oleh keadaan apapun, sehingga produksi buku kita konsentrasikan ke buku pendidikan yang mempunyai pasar yang sangat stabil setiap tahunnya.

Banyak hikmah yang didapat kali ini, di sisi penulis, penulis harus selalu siap untuk mendapatkan peluang yang mungkin tidak diperkirakan sebelumnya. Penguasaan materi, penguasaan penguraian materi, eksekusi penulisan, hingga penawaran ke penerbitan diperlukan kelihaian tertentu.

Penulis yang siap menerima kesempatan ini, adalah penulis yang selalu berlatih untuk selalu mengeluarkan bahasa lisan ke dalam bahasa tulisan yang dapat dibaca oleh pembacanya. Tentunya dengan terstruktur baik, dan tidak ada distorsi makna yang sampai ke pembacanya.

Media WA yang dikelola oom Jay ini, merupakan latihan yang luar biasa bagus sekali, untuk menyiapkan keahlian kita dalam mengungkapan apa yang kita pikirkan, ke dalam tulisan yang dibaca, diinterpretasi oleh pembaca tulisan kita.
Semua perlu proses, latihan, dan kemauan. Sehingga komunitas belajar menulis seperti ini, merupakan sarana latihan dalam menangkap peluang yang mungkin tidak selalu ada. Menulis perlu latihan, latihan perlu waktu perulangan secara rekursif (looping) berkali-kali sehingga bapak ibu akan semakin lihai dalam mengolah kata yang dirangkai dalam tulisan.

Bakat hanya 1%, sisanya adalah kerja keras, tekun dan berlatih menulis. Blog adalah jalur yang sangat bagus untuk bapak ibu mulai menulis, karena di dalam blog tidak ada penolakan kejam seperti penerbit menolak tulisan yang bapak ibu tawarkan.

Penerbit akan selalau melihat sisi ekonomi dalam setiap tulisan bapak ibu sekalian, sehingga kemurnian keputusannya di dasarkan oleh bisnis semata.Sehingga terkadang tulisan bapak ibu yang luar biasa, tidak terlihat oleh penerbit yang hanya melihat business process nya saja, bukan writing processnya.

Dengan sudut pandang ini, bapak ibu perlu sedikit berempati kepada penerbit yang merupakan penjual komoditas tulisan ini. Empati yang harus dilakukan adalah, mencoba melihat visi misi penerbitannya. Kebiasaan tema-tema yang diterbitkan oleh penerbit. Intip juga buku-buku best sellernya yang biasanya dipampang di toko buku di rak Best Seller.


Perlu bapak ibu ketahui rahasia ini, bahwa tidak ada buku best seller by design. Atau dirancang, didesain untuk laku keras. Buku yang laku keras adalah buku yang blessing.
Kami pernah melakukan perencanaan matang, untuk membuat buku yang best seller. Kami memilih tema yang luar biasa bebobot, penulis yang cukup disegani karena menang penghargaan di dunia internasional. Kami push pemasaran dengan luar biasa. Akan tetapi hasilnya cukup mengecewakan.

Laskar pelangi, saat awal terbit, penulis tidak menyangka akan meledak. Di awal pemasarannya, sungguh mengecewakan dan meledak karena kekuatan word of mouth, alias dari mulut-kemulut.. dari komunitas satu ke komunitas lain. dan di trigger dengan sebuah peristiwa yang tidak disangka-sangka yaitu Muktamar Muhammadiyah...dan terjadilah ledakan viral.. menjadikan buku tersebut best seller... tidak ada desain awal, tidak ada perencanaan untuk menuju best seller...

Dengan berbagai pengalaman ini, komunitas senasib sepenanggungan adalah wahana yang baik dalam mengelola tulisan. Dapat kami katakan pejuang literasi yang puritan seperti Oom Jay ini dapat memberikan angin segar untuk tumbuhnya penulis-penulis baru. Yang tangguh dan tidak cengeng dengan penolakan penerbit, akan tetapi tetap berkarya hingga menghasilkan tulisan yang khas. Punya karakter sendiri dan tentunya di tunggu kehadirannya oleh pembaca dan penerbit tentunya.

Bapak ibu dapat mulai tulisan dengan tema yang bapak/ibu sukai dan betul-betul bapak ibu kuasai. Tulis dengan terstruktur, dan muat di blog pribadi dan sebarkan di lingkungan teman. Jika sudah Percaya Diri, buatlah proposal ke penerbit yang isinya garis besar tulisan yang dapat ditawarkan ke penerbit. Penerbit akan melihat Tema, Judul Utama, Outline tulisan, pesaing buku dengan tema yang sama, positioning buku (harga, usia pembaca, gender, pendidikan, dll). Jangan lupa berikan alasan mengapa buku tersebut ditulis. Bapak ibu dapat sedikit "Ngecap" supaya penerbit tertarik dengan tulisan ibu.

Penerbit bukan maha tahu, bapak ibu sekalian, penerbit di dasarkan pada data historis penjualan. Jadi penerbit itu tidak selalu benar. Penerbit biasanya agak sedikit kurang berani dengan penulis-penulis perintis dengan tema yang berlum terekam di datanya. Sehingga proposal ini sangat perlu bapak ibu beri perhatian, untuk menyadarkan penerbit akan tema yang bapak ibu angkat dalam tulisan ibu.

Tulislah rencana penulisan bapak ibu, dengan target market yang dituju, syukur-syukur bapak ibu tawarkan rancangan pemasarannya. Pemasaran era new normal sangat berbeda dengan era normal sebelumnya. Ke depan buku-buku mungkin akan disalurkan ke media e-book, untuk media printing offline mungkin akan semakin berkurang jumlahnya.  Ke depan media-media selain buku akan semain banyak menghiasi dunia pendidikan. Persiapkan hal ini dengan baik, karena hal ini membutuhkan keahlian yang berbeda dengan sebelumnya.

Sebelum menutup materi kami ingin mengajak bapak ibu sekalian untuk tetap mendokumentasikan pencarian keilmuan bapak ibu sekalian. Dengan dokumentasi yang terstruktur, pembaca akan dapat mewarisi ilmu bapak ibu dan bahkan mengembangkannya di kemudian hari. Ilmu bapak ibu akan menjadi Immortal tidak lekang oleh keadaan jaman, dan selalu dikenang menjadikan legacy ke anak cucu kita. 

Dokumentasi bapak ibu sekalian dalam bentuk buku akan kami kirimkan ke Perpustakaan Nasional bagian deposit, yang dilindungi oleh undang-undang. Anak cucu kita di masa yang akan datang, akan dapat menelusuri jejak langka dokumentasi bapak ibu dalam bentuk tulisan dan menuju keabadian.

Luar Biasa! 
Terimakasih sharing yang luar biasa! 
Salam LITERASI!



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

3 Resep Sukses Guru yang Pendiam Dalam Mengelola Kelas

Sebuah Pencerahan

Menu Yang Menggugah Selera