Anggrek didalam Sangkar
Hampir tiga bulan sudah Study From Home (SFH) dijalankan bagi para siswa. Sekolah tidak lagi buka dan menyelenggarakan pendidikan seperti biasanya. Canda tawa siswa dan guru yang biasa memecah keheningan siang di ruangan-ruangan itu kini tiada. Tembok sekolah terpaku memandang disekitarnya. Sesekali hanya ada seorang petugas kebersihan yang menyapa dengan belaian alat pembersih ala kadarnya. Kadang-kadang beberapa ekor burung menghibur dibalik kaca jendela dengan cuitannya. Seekor hewan berbulu mengeong manis seperti biasanya, tetap setia walau pandemi ini datang dengan kedatangannya yang sungguh terasa tiba-tiba tanpa iba, covid 19. Musibah ini terasa begitu mendilema, semua kalangan dan lapisan menjadi terpana.
Ini bukan liburan yang menyenangkan, ini bukan suasana yang kita inginkan. Kita semua selalu dihantui rasa was-was. Kita semua merasa tidaklah seaman dulu. Semua perlu kehati-hatian, semua perlu pengorbanan. Saya pun sebagai seorang tenaga pendidik yang melaksanakan Work From Home (WFH) berusaha melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya. Mungkin apa yang saya lakukan tidaklah sempurna. Dimasa pandemi yang begitu tiba-tiba ini kita dituntut untuk piawai melaksanakan pembelajaran melalui daring.
Dibalik jendela rumah, saya menatap anggrek-anggrek koleksi saya. Tidak banyak tetapi lumayan untuk seorang anggreker pemula yang mulai belajar menggelutinya sekitar 2-3 tahun ini. Mereka melambai keluar..kearah sinar matahari terbit. Saya tidak begitu menghiraukannya sembari terus menatap layar komputer dengan deringan chat whatsapp siswa yang masih semangat belajar. Sesekali diantara pembahasan materi mereka berkeluh kesah ingin sekali kembali ke sekolah seperti dulu.
Hampir semua tanaman anggrek yang saya susun rapi disebuah lorong anggrek sederhana ini merambatkan akarnya keluar. Beberapa tunas bakal bunga pun cenderung tumbuh keluar kearah sinar surya yang rutin menyapa dari arah timurnya. Mau bagaimana lagi? Saya memilih untuk membiarkan tunasnya keluar hingga bunganya benar-benar mekar sempurna sebelum menariknya kembali kedalam.
Pengalaman saya 3 tahun ini mengajarkan saya bahwa bakal bunga anggrek akan "ngambek" jika tersentuh atau tergerak berlebihan. Baiklah saya sabar menanti untuk siap memutar balik arah potnya nanti.
Siswa memang bukanlah anggrek. Tetapi identiknya mereka memiliki kesamaan. Saya menyayangi anggrek-anggrek saya. Diluar, khususnya dilingkungan saya, tanaman anggrek menjadi incaran orang-orang yang tidak bertanggung jawab melakukan tindak pencurian. Karena harganya yang fantastis walau tidak semua jenis demikian. Harga fantastis untuk sebuah anggrek pun sebenarnya relatif. Seperti seseorang yang hobi mengoleksi barang kuno harga tidaklah dapat digeneralisasikan. Anggrek memanglah tanaman yang super memerlukan ekstra kasih sayang dan perawatan. Bagaimana dengan siswa?
Keluh kesah mereka satu persatu saya balas dengan kalimat penyemangat, sesekali ikon smile dan kokohnya lengan disisipkan. Tidak sedikit pula yang menyisipkan ikon menangis. Yang sabar ya....
Mereka semua adalah aset bangsa. Presiden pertama Indonesia saja pernah mengatakan beberapa pemuda dapat mengguncang dunia. Betapa mereka adalah harta yang berharga. Biarlah mereka mengeluh, namun saat yang tepat nanti mereka akan menyadari keputusan ini adalah yang terbaik bagi mereka.
Matahari mulai merangkak dilangit atas rumah, saya juga memandang wajah satu bunga yang penuh semangat dengan deretan pensil warnanya. Jasmine, putri kecil yang kini duduk dibangku Taman Kanak-Kanak, yang juga ikut melaksanakan study from home dengan bimbingan ibunya. Biarlah kalian seperti bunga-bunga didalam sangkar... Sampai tiba nanti waktunya... Keadaan akan aman kembali...dengan izin Nya...
Mantap anggreknya.
BalasHapusTerimakasih pak hehehe...
BalasHapusCantik2 anggreknya ππ
BalasHapusAnggreknya cantik2 secantik yang punya anggrek... ππ
BalasHapusTerimakasih...anggreknya lg dikarantina hehehe...
BalasHapusAnggreknya kepingin pesiarπππ
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusNggih, anggreknya pada mulai mau pesiar smua hehehe...
HapusSaya membayangkan betapa telaten dan sayangnya pemilik angggrek ini.merawat tanamannya
HapusTerimakasih Bunda... Di Solo pasti bermacam anggrek ya bunda..
HapusWoow aku suka anggrek.merawatnya dpt orang bajajar menulis telaten dan istiwomah
BalasHapusWaah ternyata Cak Ini juga suka anggrek, Makasih Cak π
Hapus